Fitnah
Tak tersirat di hatiku
Tak percaya kedua telingaku
Tanpa berfikir kau berucap
Hampa kata-katamu
Kau tahu jelaga yang hitam
Rapuh abu yang diterbangkannya
Tak berguna, tega kau tampar
Pipiku dengan tajam lidahmu
Salah dihatiku, fitnah aku
Betapa hmpa rasamu
Betapa tega dirimu
Demi mulianya matamu
Memandangmu
Hatiku perih, mataku berkaca-kaca
Baik, kau tampar aku
Biar aku yang sakit
Tapi tolong pegang lidahmu
Kata fitnah dalam Al-Quran mengandung beberapa arti sebagai berikut:
Pertama, Fitnah bermakna musibah atau malapetaka. Seperti yang diungkapkan dalam QS Al-Anfal 25: “Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Alloh amat keras siksaan-Nya”. Sudah menjadi kaidah atau sunnatulloh dalam kehidupan, jika suatu masyarakat membiarkan maksiat terjadi di lingkungan sekitarnya, maka lingkungan itu akan tertimpa fitnah atau bencana. Namun sebaliknya, jika dalam masyarakat tercipta kebaikan-kebaikan taklim, maka akan tercipta kedamaian yang lebih dibandingkan fitnah.
Kedua, Fitnah bermakna sesuatu yg menyebabkan fitnah. Hal ini seperti terdapat dalam QS Al-Anfal 28, “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Alloh-lah pahal yang besar”. Ayat ini menjelaskkan bahwa harta dan anak jika tidak dikelola secara baik, maka ia akan menjadi fitnah. Lalu bagaimana cara kita menyikapinya? Harta harus diperoleh dengan cara yang halal, lalu setelah mendapatkannya digunakan sesuai dengan hak Alloh SWT dan manusia, yakni menunaikan zakat, menafkahi istri, anak, orang tua, berkorban untuk kelangsungan dakwah Islam, dll. Seandainya semua harta benda kita gunakan untuk ibadah, maka tidak ada anggaran untuk perbuatan maksiat.
Terkait dengan anak, bukan berarti anak itu fitnah, tetapi harus dimaknai bagaimana anak itu biar tidak menjadi fitnah. Sehingga menjadi kewajiban bagi orang tua memberikan tarbiyah / pendidikan islam yang baik kepada anaknya. Nabi saw berkata, “Setiap anak terlahir dalam fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikannya nasrani, yahudi, atau majusi”. Dalam realisasinya, saat memilih sekolah orang tua harus melihat kurikulumnya. Apakah ilmu agama diajarkan dengan cukup atau tidak? Apakah guru-gurunya memahami Islam atau tidak?, Apakah gurunya bisa dijadikan teladan yang baik atau tidak? karena bagaimanapun juga anak akan banyak terpengaruh oleh guru-gurunya.
Ketiga, Fitnah bermakna Syirik. Salah satu ayat al-Quran berbunyi, “Dan perangilah orang kafir, sehingga tidak ada fitnah..”. Kenapa syirik menjadi fitnah besar?, karena perbuatan syirik akan melahirkan fitnah-fitnah lainnya yang saling terkait yakni membunuh dan berzina.
Bagaimana agar kita tidak syirik?, jawabannya perbahuruilah selalu iman kita. Perbanyaklah membaca, memahami, dan mengamalkan Laa ilaha illalloh. Senantiasa berdoa agar terhindar dari perbuatan syirik, serta bersungguh-sungguh dalam melakukan keikhlasan.